Terjatuh ke dalam dosa dan maksiat,
pasti pernah dilakukan oleh setiap manusia. Tidak ada manusia yang
ma’shum (terjaga) dari kesalahan dan dosa, kecuali Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam. Bahkan para Sahabat beliau sekali pun tidak luput
dari yang namanya kesalahan. Karena manusia adalah tempatnya salah dan
lupa.
***
Sebagai hamba yang ta’at, kita harus
memiliki sikap yang benar tatkala terjatuh ke dalam dosa dan maksiat.
Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Setiap anak cucu Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah ialah orang yang banyak bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi, hasan)
Oleh karena itu, hendaknya kita segera memohon ampun kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Berlomba-lombalah
kamu kepada ampunan Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan
bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya.” (QS. Al-Hadid: 21)
Keutamaan-Keutamaan Taubat
[1] Salah satu sebab keberuntungan
Allah telah memerintahkan hamba-hamba Nya untuk bertaubat. Dan taubat adalah wajib bagi setiap muslim.Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian menjadi orang-oarang yang beruntung.”(QS. An-Nur: 31)
[2] Dicintai oleh Allah ta’ala
Sungguh orang yang gemar bertaubat akan dicintai oleh Allah ta’ala. Dimana Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
[3] Diampuni kesalahan-kesalahannya
Orang yang bertaubat akan diampuni kesalahan-kesalahannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hamba Nya, dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS. Asy-Syura: 25)
Bersegera Dalam Bertaubat
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ta’ala.
Seorang hamba yang beriman, semestinya segera bertaubat ketika ia
terjerumus ke dalam dosa dan maksiat. Seorang hamba yang beriman pun
semestinya berkomitmen untuk tidak akan mengulangi lagi dosa dan
kesealahan-kesalahan yang telah ia perbuat.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran: 135)
Bersegera merupakan langkah yang baik
dalam bertaubat, karena kita tidak ingin menghadap Allah dengan membawa
dosa yang bertumpuk dan Allah murka kepada kita. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
taubat di sisi Allah hanyalah bagi mereka yang mengerjakan keburukan
karena kejahilan (kebodohan), kemudian mereka segera bertaubat, maka
mereka itulah yang diterima taubatnya oleh Allah, dan Allah Maha
Mengetahui dan Maha Bijaksana.”(QS. An-Nisa':17)
Dan yang dimaksud kejahilan di
sini bukanlah mereka yang tidak tahu sama sekali. Karena apabila ia
tidak tahu sama sekali, ia tidak akan dihukum. Akan tetapi yang dimaksud
dengan kejahilan di sini adalah lawan dari al-hilm (ketundukan
terhadap kebenaran, ed). Maka siapa saja yang bermaksiat kepada Allah,
itulah yang disebut jahil, yang artinya kurangnya ketundukan mereka
kepada Allah, kurangnya akal mereka dan kurangnya nilai-nilai
kemanusiaan pada diri mereka. “…kemudian mereka segera bertaubat…”,
maknanya setiap mereka berbuat dosa, mereka segera bertaubat. Tidak ada
satu pun manusia yang terjaga dari dosa. Akan tetapi segala puji hanya
milik Allah semata, Allah senantiasa membuka pintu taubat. Maka wajib
bagi seorang hamba jika melakukan dosa, dia langsung segera bertaubat.
Namun apabila ia tidak bertaubat dan memohon ampun, maka ini adalah
tanda-tanda kebinasaan untuknya, dan bisa jadi akan menyebabkan dirinya
berputus asa dari rahmat Allah serta membuka jalan bagi setan untuk
berkata kepadanya, “Tidak ada taubat bagimu” Sehingga dia pun terus berkubang dalam maksiat dan enggan meninggalkannya (lihat Syarh Al-Qawa’id Al-Arba’, Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah)
Syarat-Syarat Diterimanya Taubat
Telah kita ketahui bahwa syarat
diterimanya suatu taubat secara umum ada tiga, yaitu mengakui dan
menyesali dengan dosa yang telah dilakukannya, meninggalkan perbuatan
dosa tersebut, dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya. Kemudian,
apabila dosa itu terkait dengan hak sesama manusia hendaknya meminta
maaf kepadanya jika hal itu memungkinkan untuk dilakukan. Pada intinya,
dalam bertaubat kita harus ikhlas; yaitu dalam rangka mencari ampunan
Allah ta’ala, bukan karena motivasi-motivasi yang lainnya. Hendaknya orang yang bertaubat juga memperbanyak amal salih. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang bertaubat dan beramal shalih, maka akan Allah terima taubatnya.” (QS. Al-Furqan: 71)
Doa dan Dzikir Ketika Bertaubat
[1] Dari Al-Quran
Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakunanna minal khaasiriin. Artinya, “Wahai
Rabb kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami, niscaya kami akan menjadi orang-orang yang
merugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
[2] Dari Al-Hadits
Allahumma innii zhalamtu nafsii
zhulman katsiiran, wa laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta, faghfirlii
maghfiratan min ‘indika, war hamnii innaka anta ghafuurur rahiim. Artinya, “Yaa
Allah, seseungguhnya aku telah banyak menzhalimi diriku sendiri, dan
tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku
dengan ampunan di sisi-Mu, berikanlah aku rahmat. Sesungguhnya Engkau
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Istighfar merupakan dzikir yang diucapkan seorang hamba dalam rangka memohon ampunan. Itulah yang sering dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosanya yang telah lalu
maupun yang akan datang. Bagaimana lagi dengan kita? Tentu kita lebih
pantas lagi untuk beristighfar memohon ampun.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri beristighfar minimal 70 kali dalam sehari. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dan aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Al-Bukhari). Beliau juga bersabda (yang artinya), “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam satu hari sampai seratus kali.” (HR. Muslim)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa yang mengucapkan doa berikut: ‘Astaghfirullahal ‘azhiim alladzi laa ilaha illa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih’ (Aku memohon ampun kepada Allah, tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Dia, Dia adalah Al-Hayyu Al-Qayyum,
dan aku bertaubat kepada-Nya), maka akan diampuni dosa-dosanya,
meskipun ia pernah lari dari medan perang.” (HR. Abu Dawud dan
At-Tirmidzi, dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani)
Penutup
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah ta’ala.
Marilah kita senantiasa memohon ampun dan bertaubat kepada Allah atas
dosa-dosa yang telah kita lakukan. Karena setiap dosa yang kita lakukan,
akan menjadi noda hitam bagi hati kita. Sebagamana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), “Sesungguhnya
seorang hamba, ketika berbuat dosa, maka pada hatinya akan tertinggal
setitik noda hitam. Jika dia bertaubat dari dosanya, maka hatinya akan
dibersihkan dari noda hitam tersebut. Namun apabila dia terus menambah
dosanya, maka noda hitam tersebut pun semakin bertambah. Demikianlah
maksud dari firman Allah ta’ala, “Sekali-kali tidak, bahkan apa yang
mereka lakukan tersebut akan menutupi hatinya.” (QS. Al-Muthaffifin :
14).” (HR. At-Tirmidzi)Sumber: Buletin At-Tauhid