Musyrif Sejati Berdakwah Dengan Sentuhan Hati

Jumat, 19 September 2014

PENYAKIT HATI DAN OBATNYA (bag. 2)

,

Allah ta’ala ta’ala menyebutkan tentang penyakti ini dalam firman-Nya:
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah ta’ala penyakitnya.” (QS Al-
Baqarah [1] : 10)
Mengapa kita tidak shalat fajar di masjid?
Mengapa kita mencukur janggut? Mengapa para wanita kita keluar rumah tanpa hijab yang sempurna? Mengapa kita menghabiskan sepanjang malam dengan tidur dan tidak mendirikan shalat malam? Apa yang menghentikan kita dari membayar zakat? Apa yang menghentikan kita dari menutup kedai-kedai kita ketika waktu shalat tiba agar kita mendirikan shalat? Apa yang menghentikan kita dari menghafalkan kitabullah dan memperbaiki hubungan dengan saudara atau saudari yang dengannya hubungan kita menjadi jauh sepuluh tahun terakhir?
Apa yang menghentikan kita dari berbuat baik kepada orang tua? Jawaban yang tidak dapat diingkari dari semua pertanyaan ini adalah karena hati kita sakit.
Setiap orang yang mengetahui kesalahan atau kekurangannya harus mulai memperbaikinya dan jika ini tercapai, maka seluruh hidupnya akan berubah. Kita harus memperbaiki mata, hati, pikiran dan tangan kita dan kemudian kita akan merasakan bahwa hati kita menjadi (lebih baik), bersih dan murni,

pertama yang menyangkut hati adalah bahwa ia adalah organ di dalam tubuh yang mengontrol peredaran darah dan jika dia berhenti maka tubuh otomatis akan mati. Dari sini jelas bahwa hati yang lurus hanya akan membuahkan perbuatan yang lurus. Sebaliknya, apabila hati sakit maka demikian pula seluruh tubuh. Sehingga hati akan condong kepada nafsu akan musik, rokok, dan segala bentuk dosa lainnya.
Kedua: hati merupakan alat untuk memperoleh ilmu.
Ilmu ini dapat diperoleh melalui mendengar, memperhatikan dan meyakinkan dengan hati. Semua kita lahir ke dunia ini tanpa mengetahui apapun. Jangan berpikir bahwa ada orang yang terlahir sebagai ulama, namun sebaliknya seseorang harus bersungguh-sungguh menuntut ilmu.
 “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS An-Nahl [16] : 78)
Inilah sebabnya mengapa Allah ta’ala memberikan kita pendengaran, penglihatan dan hati. Sebaliknya, kita tidak menggunakannya untuk menuntut ilmu dan karenanya kita jatuh kedalam maksiat, ini adalah kejahatan. Ini semua adalah anugerah dari Allah ta’ala yang dengannya tanpa ragu lagi kita akan ditanyai tentangnya pada hari kiamat. Maka hati adalah alasan untuk mempelajari dan memahami agama yang agung ini.
keempat mengenai hati: bahwa hati adalah tempat Al-Qur’an.
 “Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,’ (QS Asy-Syu’ara [26] : 192-194)
Kita seringkali bertanya pada diri sendiri mengapa kita tidak dapat menghafalnya? Mengapa begitu sukar? Karena hati kita sakit. Jika siang dan malam hati kita hanya mendengarkan musik, pembicaraan maksiat dan dirusak oleh kejahatan dunia, bagaimana kita dapat menghafalkan Al-Qur’an? Jika engkau memenuhi sebuah cangkir dengan air lalu engkau mencoba menambahkan teh atau susu atau air lagi, kemana dia akan pergi? Saudarasaudari , hati adalah tempat Al-Qur’an maka penting untuk menjaganya agar tetap murni dari segala jenis kerusakan jika kita benar-benar ingin menghafalkan Al-Qru’an.
hati adalah tempat yang dilihat Allah ta’ala.
Rasulullah Salallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 “Sesungguhnya Allah ta’ala tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak pula kepada bentuk-bentuk rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian.”
Allah ta’ala tidak suka melihat kebencian di hati kita, syirik, hasad, dan racun-racun hati lainnya. Sebaliknya Dia ridha melihat hati kita bersih, suci dan dipenuhi ketaqwaan, keshalihan dan cinta. Dia melihat hati dan perbuatan kita, jika keduanya sesuai dengan sunnah Rasulullah Salallohu ‘alaihi wa sallam. Namun, dengan sangat menyesal, kita lebih menaruh perhatian kepada penampilan luar kita, sedangkan penampilan didalam diri, yakni hati, kita tidak menjaganya murni untuk Allah ta’ala.
hati adalah anugerah dari Allah ta’ala dan Dia akan menanyakan kepada kita pada hari kiamat. Allah ta’ala berfirman:
 “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Isra [17] : 36)
hati berubah dan terbolak-balik.

Wahai Muslim, bagaimana memperbaiki hati?.
Saudara saudariku, dapatkah kita melihat betapa pentingnya hati kita? Seseorang harus menempatkan hatinya tepat di depan matanya, dan memperbaikinya siang dan malam. Wahai Muslim, bagaimana memperbaiki hati? Bagaimana masing-masing kita memperbaiki hati? Memperbaiki hati dapat dilakukan degan beberapa cara.
Pertama kembali kepada Allah ta’ala memohon bantuan dan pertolongan.
Hanya dari Allah ta’ala saja semua pertolongan dan bantuan berasal. Kita harus memohon kepada-Nya melalui doa, yang sayangnya, banyak diantara kita yang mengabaikannya.


Allah ta’ala berfirman:
 “Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS Al-Mu’min [40] : 60)
Allah ta’ala juga berfirman:
Orang-orang beriman berdoa kepada Allah ta’ala, sebagaimana yang Dia ajarkan di dalam Al-Qur’an:
 “(Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS Al-Imran [3] : 8)
Kita harus terus menerus meminta kepada Allah ta’ala agar Dia melindungi hati kita dari kesesatan. Berapa banyak kaum Muslimin hari ini yang menghafal ayat ini? Kita harus menyadari kenyataan bahwa hati Bani Adam berada diantara jari jemari Allah ta’ala dan Dia membolak-balikkannya sebagaimana yang diinginkan-Nya.
Karena alasan inilah Rasulullah Salallohu ‘alaihi wa sallam seringkali berdoa:
 “Wahai Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas ketaatan kepada-Mu”
Dalam riwayat lain:
 “Wahai Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Dalam doa yang lain Rasulullah Salallohu ‘alaihi wa sallam mengucapkan:
أن تجعل القرآن ربيعَ قلبي ونورَ صدري وجِلاءَ حزني وذهاب همّي
 “Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penentram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap
lara dan penghilang kedukaanku.” (HR. Ahmad)
Rasulullah Salallohu ‘alaihi wa sallam memohon pertolongan Allah ta’ala dengan berdoa:
 “Ya Allah ta’ala aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari
hati yang tidak takut kepada-Mu, dari jiwa yang tidak tenang, dan dari doa
yang tidak dikabulkan.”(HR. Muslim)
Wahai Muslim, kapan kita akan mulai menghafal doa-doa itu? Kapan kita beralih
dan kapan hati kita akan mendapatkan pengaruhnya? Tidakkah aneh
menyaksikan betapa banyak orang dianugerahi dengan ilmu namun mereka (menjadi) sombong? Ini karena hati mereka telah sakit. Siapa yang benar-benar
mendapatkan manfaat dari ilmunya? Ilmu, jika tidak diamalkan akan
dipertanggungjawabkan di hari kiamat.
Ketiga mengetahui kategori-kategori hati yang berbeda akan membantu dalam
memperbaikinya. Hal ini juga akan membantu seseorang untuk mengetahui
keadaan hatinya. Kategori ini ada tiga:
1. Hati yang sehat
2. Hati yang sakit
3. hati yang mati
 “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orangorang
yang menghadap Allah ta’ala dengan hati yang bersih,”
(QS Asy-Syuara [26] :
88-89)
Hati yang diberi kabar gembira pada hari kiamat adalah hati yang selamat. Hati
yang demikian adalah hati yang sehat. Mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an akan
menjaga hati tetap dalam kondisi demikian.
Allah ta’ala berfirman mengenai hal ini: 
 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah ta’ala gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya),” (QS Al-Anfal [8] : 2)
Apa tanda-tanda dari hati yang sehat? Itu adalah hati yang ketika bermaksiat dia bertaubat dan tidak bertahan dengan perbuatan dosa. Orang yang mati dengan membawa hati sehat akan masuk surga. Saudara saudaraku, bagaimana hati kita menjadi sehat ketika segala hal yang kita lakukan adalah maksiat? Kita
suka mengikuti hawa nafsu kita, sehingga ketika memberi, kita memberi karena hawa nafsu. Ketika kita menahan diri, kita menahan diri karena hawa nafsu. Ketika mencintai, kita mencintai karena hawa nafsu, dan ketika membenci, kita membenci karena nafsu. Maka hati yang bermaksiat siang dan malam akan menjadi keras, tidak memiliki kehidupan dan mati.
Kategori yang kedua adalah hati yang sakit. Hati yang demikian juga hidup, maksudnya ada harapan untuk pulih dan menjadi sehat. Ini akan tercapai bila seseorang mengisi hatinya dengan taubat dan ketaatan. Dalam keadaan ini hati yang sehat memperoleh kemenangan sebagaimana sembuhnya dari sakit. Namun demikian, jika penyakit hati bertambah maka pada akhirnya akan mati. Hal ini serupa dengan seorang pasien diberi pengobatan yang jika dilakukan dengan baik dia akan kembali sehat, insya Allah ta’ala. Namun jika dia tidak
melakukannya, maka penyakitnya akan semakin parah. Hal-hal yang menyebabkan penyakit hati
Dosa-dosa adalah penyebab terbesar dari penyakit hati dan pada akhirnya akan membunuh hati.
Semakin engkau berbuat maksiat, hatimu akan semakin hitam dan hitam sampai akhirnya mati. Setelah mengetahui pentingnya hatimu dan setelah itu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melindunginya dengan menjaganya tetap suci dan bersih, engkau akan mendapati bahwa mudah bagimu untuk
merendahkan pandanganmu, menghentikan ghibah, dan secara umum, menghentikan dirimu dari berbuat maksiat. Dengannya hatimu akan menjadi putih, suci, bersih dan sehat. Segala macam
fitnah akan dihadapkan pada hati, dan diantaranya adalah fitnah terhadap wanita. Jika kita menanyakan kepada mereka, mengapa mereka meninggalkan shalat? Mereka akan menjawab, karena anak-anak kami, karena toko kami, dan sebabsebab dunia lainnya.
Penyembuhan Hati
Pertama, memiliki pengetahuan tentang obat penyakit hati yang disebutkan di atas adalah sangat penting. Yang paling utama adalah memiliki aqidah yang benar. Allah ta’ala berfirman:
 “dan barangsiapa yang beriman kepada Allah ta’ala niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya.”
(QS At-Taghabun [64] : 11)
Penyembuhan kedua adalah menerima Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk.
Allah ta’ala berfirman:
 “Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Al-Isra [17] : 82)
Dan juga Allah ta’ala berfirman:
 “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Yunus [10] : 57)
Ketiga, kesembuhan diperoleh dengan berdzikir kepada Allah ta’ala.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra'd: 28)




0 comments to “PENYAKIT HATI DAN OBATNYA (bag. 2)”

Posting Komentar