Allah Ta'ala berfirman:
"Aku menciptakan jin dan manusia, tiada lain hanyalah
untuk beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzariat: 56).
Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah Ta'ala dengan mentaati segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah
disampaikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan inilah hakekat
agama Islam, karena Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada Allah
semata-mata yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada-Nya dengan penuh rasa rendah diri dan cinta. Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Dan suatu amal diterima oleh Allah
sebagai suatu ibadah apabila diniati ikhlas, semata-mata karena Allah dan
mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk
menyerukan): Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut."
(An-Nahl: 36)
Thaghut yaitu setiap yang diagungkan -selain Allah- dengan
disembah, ditaati, atau dipatuhi, baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia,
ataupun syetan. Menjauhi thaghut yaitu mengingkari, membencinya, tidak mau
menyembah dan memujanya dalam bentuk dan dengan cara apapun.
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya
kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya mencapai
usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, serta
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu kepada
mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka keduanya telah mendidikku waktu
kecil." (Al-Isra': 23-24)
"Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja) dan janganlah berbuat syirik
sedikitpun kepada-Nya." (An-Nisaa': 36)
Syirik yaitu memperlakukan sesuatu -selain Allah- sama dengan Allah dalam hal
yang merupakan hak khusus bagi-Nya.
"Katakanlah (Muhammad): Marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh
Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, berbuat
baiklah kepada kedua orang tua, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka,
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak
maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
kecuali dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikianlah yang diwasiatkan Allah
kepadamu, supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga ia mencapai kedewasaannya, dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata,
maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diwasiatkan Allah kepadamu, agar kamu
ingat. Dan (kubacakan): Sungguh inilah jalan-Ku, berada dalam keadaan lurus,
maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena
jalan-jalan itu akan menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diwasiatkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (Al An'am:
151-153).
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
"Barang siapa yang
ingin melihat wasiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang tertera diatasnya cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Allah
Ta'ala:...(surah Al-An'am 151-153, seperti tersebut di atas)."
Mu'adz
bin Jabal, radhiyallahu 'anhu, menuturkan:
"Aku pernah diboncengkan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam di atas seekor keledai. Lalu beliau bersabda
kepadaku: Hai Mu'adz, tahukah kamu apakah hak Allah yang wajib dipenuhi oleh
para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah? Aku menjawab:
Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliaupun bersabda: Hak Allah yang wajib
dipenuhi oleh hamba-Nya adalah supaya mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak
berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, sedangkan hak para hamba yang pasti
dipenuhi Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat
syirik sedikitpun kepada-Nya. Aku bertanya: Ya Rasulullah, tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang? Beliau menjawab: Janganlah
kamu menyampaikan kabar gembira ini kepada mereka, sehingga mereka nanti akan
bersikap menyandarkan diri." (HR Bukhari dan Muslim)
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.